Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan me-nafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi t’dak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Anda melihat kawan Anda sedang melihat-lihat etalase toko. Anda menyergapnya dari belakang, “Bangsat, lu. Udah lupa sama aku, ya!” Orang itu membalik. Anda terkejut. la bukan kawan Anda, tetapi orang yang tidak pernah Anda kenal seumur hidup Anda. Ini bukan kesalahan sensasi. Ini kekeliruan persepsi. Bila dosen mengucapkan “Bagus”, tetapi Anda mendengar “Agus”, Anda keliru sensasi. Tetapi bila saya mengucapkan “Anda cerdas sekali”, lalu Anda menerima pujian saya dengan berang, karena Anda kira saya mempermainkan Anda, Anda salah mempersepsi pesan saya.
Persepsi, seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield, menyebutnya : faktor fungsional dan faktor structural. dari faktor-faktor internal dalam diri kita. inilah beberapa contoh faktor yang mempengaruhi perhatian kita.
Faktor-faktor Biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran di dominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
Faktor-faktor Sosiopsikologis. Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu. Bila kita ditugaskan untuk meneliti berapa orang mahasiswa berada di kelas, kita tidak akan dapat menjawab berapa orang di antara mereka yang berbaju merah.
Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan batuan; ahli botani pada bunga-bungaan, ahli zoologi pada binatang, seniman pada warna dan bentuk; orang yang bercinta. Menurut sebuah anekdot, bila Anda ingin rnengetahui dari suku mana kawan Anda berasal, bawalah mereka berjalan-jalan. Tanyakan berapa perempatan yang telah dilewati. Yang dapat menjawab pertanyaan ini pastilah orang Padang (umumnya mereka pedagang kakilima). Tanyakan berapa pagar tanaman hidup yang telah dilihatnya. Yang dapat menjawab pasti orang Sunda (karena mereka menyenangi sayur-sayuran) Tanyakan berapa kuburan keramat yang ada. Hanya orang Jawa yang bisa menjawab (Mengapa?). Tentu saja, anekdot bukanlah proposisi ilmiah. Tetapi anekdot ini menggambarkan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan menentukan apa yang kita perhatikan. Kenneth E. Andersen menyimpulkan teori tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
1) Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasi dan refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhi tian dari stimuli yang.satu dan memindahkannya pada stimuli yan lain.
2) Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.
3) Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate.
4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.
5) Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betui cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
6) Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). Intensitas perhatian tidak konstan.
7) Dalam hat stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhalian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.
8) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
9) Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.
10) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faklor personal. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Bila setelah terjadi kematian seorang tokoh, turun hujan lebat, kita cenderung menganggap hujan lebat diakibatkan oleh matinya sang tokoh. Bila pada saat terjadi kesulitan ekonomi anda memegang pemerintahan, orang akan mengaitkan kegagalan ekonomi itu pada kebijaksanaan Anda. Bila setelah saya menjadi pimpinan bantuan datang, orang akan menghubungkan bantuan itu pada pengangkatan saya menjadi pimpinan.
Informasi ini dapat membantu saya memahami lebih jauh tentang persepsi dalam komunikasi. Bentuk informasinya simple, padat dan mudah dipahami. Thanks sudah membantu saya….
Rama said : oke bisa membantu….
ni blogx pak rama ya… bapaaaak kemaren skripsi saya judulnya tentang persepsi mahasiswa advertising terhadap brand image OMUS. truz kata penguji saya,,,teori tentang persepsi saya tu teori persepsi psikologi. nah,,,teori persepsi komunikasi tu yg spti apa ya pak??? minta bantuannya ya pak… makasih sblumnya… saya ninis mahasiswi UIN advertising 2007…
Boleh saya bertanya?
Saya memiliki pertanyaan yang sama dengan Ninis
Saya sedang melakukan penelitian mengnai persepsi.
Namun menurut dosen saya, penelitian persepsi merupakan penelitian psikologi. Lalu persepsi dalam komunikasi itu yang seperti apa?
Terimakasih sebelumnya
ersepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Karena ini benar mempelajari Psikologi, bila kita membaca persepsi dalam kerangka Psikologi Komunikasi ia akan menjadi sebuah area yang dapat disentuh oleh komunikasi