03
Dec
18

Mazhab dalam Filsafat

        Dalam realitasnya, filsafat terbagai ke dalam beberapa mazhab. Kemunculan mazhab ini terutama berada di abad pertengahan sebagai konsekuensi dari munculnya golongan-golongan pemikir yang sepaham dengan teori, ajaran, bahkan aliran tertentu terhadap tokoh-tokoh filsafat atau filsuf. Mazhab-mazhab dalam filsafat terbagai atas rasionalisme, positivisme, empirisme, idealisme, pragmatisme, fenomenologi, dan eksistensialisme. Rasionalisme muncul pada abad ke-17 dan tokoh yang dikenal dalam mazhab ini adalah Rene Descrates (1596-1650) yang memopulerkan ungkapan cogito ergo sum yang berarti aku berpikir maka aku ada. Menurut Descrates, manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak oleh karena itu manusia dapat merealisasikan kebebasannya tersebut dan kebebasanlah yang merupakan cirri khas kesadaran manusia yang berpikir. Mazhab ini menekankan metode filsafatnya pada rasionalitas dan sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal. Metode deduktif menjadi metode yang popular dalam mazhab ini. Metode tersebut menggunakan pola penalaran dengan mengambil kesimpulan dari suatu yang umum untuk diterapkan kepada hal-hal yang khusus.

       Empirisme  merupakan mazhab yang menekankan pada pengalaman nyata atau empiris yang menjadi sumber dari segala pengetahuan. Bahwa sebuah pengalaman yang khusus merupakan kesimpulan dari kebenaran-kebenaran yang bersifat umum. Ini merupakan kebalikan dari mazhab rasionalisme, seiring pula kemunculan mazhab empirisme pada abad yang sama dengan rasionalisme. Tokoh yang terkenal dalam mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Menurut kedua tokoh ini, pengalaman adalah awal dari semua pengetahuan dan dapat memberikan kepastian. Pengalaman ini bisa berupa pengalaman lahiriah maupun batin yang keduanya saling berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah.

        Idealisme merupakan istilah yang digunakan oleh Leibniz pada abd ke-18. Merujuk pada pemikiran Plato bahwa idealisme memfokuskan pemikiran bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual atau psikis, dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidaklah nyata. Pemikiran ini didukung oleh George Wilhem Friederch Hegel (1770-1831) di Jerman yang memiliki pendapat bahwa yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan dirinya di dalam alam dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri dan hakikat dari roh itu adalah idea tau pikiran. Menurut Hegel, semuanya yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real. Metode dialektik diperkenalkan oleh Hegel dengan menerapkan tiga proses dialektik, yaitu teas, antitesa, dan sintesa dimana ia mengusahakan kompromi antara beberapa pendapat yang berlawanan satu sama lainnya.

       Positivisme merupakan mazhab yang menekankan pemikiran pada apa yang telah diketahui, yang faktual, nyata, dan apa adanya. Postivis mengandalkan pada pengalaman individu yang tampak dan dirasakan dengan pancaindera. Sehingga segala sesuatunya yang bersifat abstrak atau metafisik tidak diakui. August Comte (1798-1857) merupakan tokoh mazhab ini yang menyatakan bahwa manusia tidak mencari penyebab yang berada di belakang fakta dan dengan menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan relasi-relasi antarfakta.

      Pragmatisme muncul pada awal abd ke-20. Mazhab ini menegaskah bahwa segala sesuatunya haruslah bernilai benar apabila membawa manfaat secara praktis bagi manusia. Artinya, pengetahuan yang berasal dari pengalaman, rasio, pengamatan, kesadaran lahiriah maupun batiniah, bahkan yang bersifat abstrak atau mistis pun akan diterima menjadi sebuah kebenaran apabila membawa manfaat praktis. John Dewey (1859-1852) merupakan tokoh dalam mazhab ini yang berpendapat bahwa filsafat tidak boleh hanya mengandalkan pemikiran metafisis yang tidak bermanfaat praktis bagi manusia, melainkan harus berpijak pada pengalaman yang diolah secafa aktif kritis dan memberikan pengarahan bagi perbuatan manusia dalam kehidupan nyata.

        Fenomenologi  merupakan mazhab yang bersandar pada kemunculan fenomena-fenomena baik yang nyata maupun semu. Fenomena tidak hanya bisa dirasakan oleh indera, juga dapat digapai tanpa menggunakan indera. Tokoh dalam mazhab ini adalah Edmund Husserl (1859-1938) yang menegaskan hukum-hukum logika yang memberi kepastian sebagai hasil pengalaman bersifat a priori dan bukan bersifat a posteriori. Eksistensialisme dipelopori oleh Jean Paul Sartre (1905-1980) yang mengembangkan pemikiran bahwa filsafat berpangkal dari realitas yang ada dan manusia itu memiliki hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas keberadaan tersebut. Mazhab ini menekankan pada bagaimana cara manusia berada di dunia yang berbeda dengan benda-benda atau objek lainnya. Dengan kata lain, eksistensialisme menegaskan tentang bagaimana cara manusia bereksistensi dan bukan sekadar hanya berada sebagai mana benda-benda lainnya.

ide by.kang irul


0 Responses to “Mazhab dalam Filsafat”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


sohibrama@gmail.com

Internet Sehat

Pengunjung

  • 410,357 hits

butuh buku ini email ajah:

kontak online

Hidup…Kawanku

Assalamu'alaikum Wr Wb, kawan, tidak selamanya kehidupan ini sulit bila kau ditemukan dalam susah hati itu hanyalah kebetulan saja apabila kita ditemukan dalam keadaan gembira itupun hanya kebetulan saja hidup ini adalah sesuatu yang sementara kita dapat menjadi senang dalam suatu waktu dan kita bisa sedih dalam suatu waktu Wassalamu'alaikum

Biennale Jogja XI

telpon kita :

Call kawanrama from your phone!

Categories

PageRank
December 2018
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31  

Muka Pembaca

View My Profile community View My Profile View My Profile View My Profile

kunjungan

free counters

RSS Advertising Age

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia