21
Feb
18

Berita Hoax dan Literasi dalam Media Sosial

Media siber berkembang sangat pesat di Indonesia tetapi tidak dengan literasi budaya medianya. Pola konsumsi media siber dalam aktivitas media sosial yang sangat mudah diakses di piranti digital masyarakat Indonesia peningkatan dari tahun ke tahun sangatlah tinggi. Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), mengungkap dalam survey yang dilakukan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta orang. Bila melihat data tersebut dapat dipastikan pengguna internet mengakses media siber sangatlah tinggi. Dalam survey tersebut diurai bahwa 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan komputer. 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone. 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses melalui komputer.

Jadi ditilik dengan kemudahan masyarakat Indonesia dalam mengakses media siber dapat diambil asumsi sederhana bahwa masyarakat akan mudah juga berpartisipasi dalam berbagi informasi di media siber. Media sosial sebagai alat berbagi informasi menjadi media yang popular di pengguna internet. Didukung dengan kemudahan copy dan paste, unggah, unduh, dan menautkan informasi ke teman di media sosial menjadikan media sosial bagian dari kehidupan pengguna internet di Indonesia. Bahkan para pengguna internet memiliki beberapa akun di berbagai media sosial yang ada, dari facebook, instagram, path, twitter, dan berbagai media sosial lainnya. Jadi tak dapat dipungkiri, Internet adalah teknologi yang saat ini paling banyak dimanfaatkan oleh manusia secara luas dan tidak dibatasi oleh usia, gender, dan topologi geografis. Berbagai aktivitas manusia sekarang ini hampir semuanya ditopang dengan keberadaan internet.

Marshall McLuhan pakar komunikasi dari Kanada mengingatkan dalam tulisannya di The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi tersebut mengarahkan manusia bergerak dari satu abad teknologi ke teknologi yang lain. Menurut Don Ihde dalam filsafat teknologi (Francis Lim: 2008), ihde memberi penekanan bahwa teknologi tidaklah netral, teknologi sebagai mediator antara manusia dan dunianya, mengubah pengalaman manusia mengenai dunia (perspektif). Manusia dapat menggunakan teknologi sebagai sarana kekuasaan untuk mencapai tujuan dan kepentingan tertentu. Kasus kabar bohong atau Hoax sebagian efek hasil dari mudahnya teknologi menghasilkan dan membagi informasi ke segala arah. Dengan kekuatan akses jaringannya teknologi internet dalam hal ini media sosial, seseorang sangat mudah menghasilkan informasi tanpa ada redaksional terlebih dahulu seperti media konvesional sebelumnya (TV, Koran, radio, dll). Hoax adalah Hoax adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Hoax yang aslinya adalah bahasa Latin “hoc est corpus”, artinya “ini adalah tubuh”. Kata ini biasa digunakan penyihir utk mengklaim bahwa sesuatu adalah benar, padahal belum tentu benar. Sejarah Hoax dimulai pada abad VII di Eropa, pada era kegelapan budaya di Eropa, dan mulai berkembang kembali di era internet berkembang. Karena di dunia siber, informasi dapat diolah dan dihasilkan oleh siapapun, maka Hoax menjadi subur. Dengan keinginan, kebutuhan akan tujuan tertentu, informasi direkayasa dan ditutupi dari informasi yang sebenarnya. Berita Hoax dapat menjadi cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat kita di Indonesia seperti isu yang berkembang sekarang. Kasus yang terjadi dewasa ini, berita-berita Hoax yang berseliweran di media sosial dan karena kemudahan berbagi cukup dengan tekan, di bagi oleh para pengguna akun tanpa melihat kebenaran dan validitas informasi yang isi informasi tersebut dapat menciptakan disintegrasi bangsa, karena berita hoax menghasilkan isu SARA didalamnya.

Untuk itulah kepedulian para pengguna media sosial akan berita yang tidak seharusnya mereka sebar menjadi sebuah poin yang penting, dan literasi media menjadi hal yang seharusnya dimiliki para pengguna media sosial di dunia siber. Ada beberapa poin untuk para pengguna media sosial dalam mengenali berita hoax sebelum mereka berbagi dalam jaringannya; pertama, berita Hoax cenderung berjudul provokatif, kemudian perhatikan link sumber situs atau penulis yang menghasilkan, selanjutnya bedakan opini dan fakta, cek foto yang dilampirkan dengan google image. Karena jangan sampai dengan kesalahan tekan para pengguna akun terjerat pasal menebar informasi yang menyesatkan, menghasut dan bohong yang mengakibatkan pengguna media sosial dijerat hukuman paling lama enam tahun penjara atau denda paling banyak satu miliar rupiah (UU No.11/ 2008), hanya karena tekan dan berbagi berita Hoax.

 


0 Responses to “Berita Hoax dan Literasi dalam Media Sosial”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


sohibrama@gmail.com

Internet Sehat

Pengunjung

  • 410,362 hits

butuh buku ini email ajah:

kontak online

Hidup…Kawanku

Assalamu'alaikum Wr Wb, kawan, tidak selamanya kehidupan ini sulit bila kau ditemukan dalam susah hati itu hanyalah kebetulan saja apabila kita ditemukan dalam keadaan gembira itupun hanya kebetulan saja hidup ini adalah sesuatu yang sementara kita dapat menjadi senang dalam suatu waktu dan kita bisa sedih dalam suatu waktu Wassalamu'alaikum

Biennale Jogja XI

telpon kita :

Call kawanrama from your phone!

Categories

PageRank
February 2018
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728  

Muka Pembaca

View My Profile community View My Profile View My Profile View My Profile

kunjungan

free counters

RSS Advertising Age

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia