21
Mar
16

KOMUNIKASI ANTAR AGAMA DALAM KEARIFAN LOKAL

Indonesia atau Nusantara adalah negara kepulauan terbanyak dan terpanjang di dunia (lebih 17 ribu pulau, jika dibentangkan di benua Eropa jaraknya mulai dari ujung Inggris Raya sampai Turki). Pantainya terpanjang setelah Kanada. Luas daratannya sepertiga (27 persen) dari seluruh wilayah tropis dunia dengan keragaman kekayaan hayati ke dua terbesar setelah Brazil. Posisi geografis-geopolitik Indonesia juga sangat unik dan strategis karena membatasi sekaligus menghubungkan benua Asia dan Australia. Posisinya yang dibelah khatulistiwa sangat menguntungkan karena berkelimpahan cahaya matahari dan curah hujan tinggi. Cincin api (ring of fire) yang mengelilingi wilayah Indonesia menyebabkan kawasan ini berlimpah sumber energi panas bumi gunung volkanik aktif. Kawasan ini juga memiliki kesuburan tanah tinggi.

Kekayaan bumi Indonesia juga sangat luar biasa. Keragaman biodiversity hayati tropis menyimpan kekayaan flora, fauna dan zat hidup lainnya yang sangat berguna bagi kelangsungan peradaban manusia (sumber pangan, pakan, obat-obatan, serat alam, pekerja mikro biologis dan sumber energi terbarukan). Produksi tambang dan mineral yang ada di bumi Indonesia juga sangat mencengangkan. Timah nomor satu di dunia (1), nikel (3), tembaga (5) gas alam (8), Batubara (6), dan emas pada peringkat tujuh dunia ( The Economist, 2008-10). Hasil tambang lain seperti mangan, bauxit, perak, platina, berlian, uranium, biji/pasir besi, pasir kuarsa, bentonit, zeolit, marmer, granit tersebar di sejumlah daerah tapi belum tercatat dalam peringkat dunia. Hasil pertanian tropis juga sangat menakjubkan. Karet terbesar kedua (2), beras dan coklat terbesar ke tiga (3), kopi (4) teh (6), kelapa sawit, pala, lada, kayu manis dan cengkeh peringkat pertama dunia. Indonesia juga menjadi salah satu produsen ikan dan hasil laut tropis terbesar di dunia.

Kekayaan itu seharusnya bisa membuat Indonesia masuk kelompok negara kaya dan rakyatnya masuk golongan berpendapatan sama dengan Malaysia, Thailand atau Brazil. Namun yang terjadi justru makin jauh dari harapan dan cita-cita Indonesia merdeka, masyarakat adil dan makmur. Kesalahan pemilihan strategi-kebijakan ekonomi menyebabkan posisi Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara lain. Fakta dan data menunjukkan bahwa 65 tahun setelah merdeka setengah penduduk Indonesia miskin dan pendapatannya kurang dari 2 US $/hari/orang (Basri, 2009) sementara sapi di Eropa mendapat subsidi 2 US $/hari/ekor (Stiglitz, 2002). Menurut para ekonom pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi tetapi The Economist (2010), mencatat pertumbuhan tahun 2007 hanya 5.5 persen, di bawah Iran dan Mesir (6.5 persen dan peringkatnya 54). Cadangan devisanya masuk peringkat 27 (tertinggal jauh dari Thailand, 18; Malaysia, 17; Angola, 15; Brazil, 9 ). Human Development Index (HDI) sangat rendah dan masuk peringkat 111, dibawah Vietnam.

Paradox negara Indonesia kaya tapi utangnya banyak dan 100 juta rakyatnya miskin harus menjadi pertanyaan, pelajaran serta kesadaran bersama. Mengapa tahun 1970 utang Indonesia hanya sekitar 3 milyar US $ tetapi tahun 2010 membengkak menjadi 160 milyar US $ (1500 trilyun dan cicilan utang setiap tahun hampir 200 trilyun rupiah) ?, bahkan data terakhir di tahun 2015 ini utang pemerintah Indonesia berhasil tembus Rp 4.000 triliun lebih, seperti yang diberitakan CNN Indonesia berikut ini : Jakarta, CNN Indonesia — Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah utang luar negeri yang ditarik swasta dan pemerintah pada Juli 2015 sebesar  US$ 303,7 miliar atau mencapai Rp 4.376,3 triliun (kurs terkini Rp 14.410/US$). Angka tersebut turun 3,7 persen dibandingkan dengan posisi bulan yang sama tahun lalu atau year on year (yoy) (http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150920094113-78-79808/bi-total-utang-luar-negeri-ri-rp-4376-triliun-per-juli-2015/, diunduh, Selasa, 17 November 2015 pukul 10.50 wib).

Selain di tinjau dari kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, namun penuh dengan permasalahan terkait pengelolaan yang di rasa belum optimal, Indonesia juga pernah beberapa kali mengalami permasalahan dehumanisasi yakni konflik-konflik internal, baik konflik suku, ras, agama (sara), aliran kepercayaan dan konflik lainnya yang semua ini justru semakin membuat catatan hitam Nusantara tercinta. Apakah hal ini di karenakan belum terciptanya komunikasi humanis secara optimal di antara sesama putra bangsa?

Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia adalah sebuah bangsa yang komposisi etnisnya sangat beragam. Begitu pula dengan ras, agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan serta pandangan hidupnya. Jika diurai lebih terperinci, bangsa Indonesia memiliki talenta, watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian keberagaman, cita-cita, perspektif, orientasi hidup, loyalitas organisasi, tingkat umur, profesi dan bidang pekerjaan yang berbeda-beda. Tiap-tiap kategori sosial, masing-masing memiliki “budaya” internal sendiri, sehingga berbeda dengan kecenderungan “budaya” internal kategori sosial yang lain. Bila dipetakan secara lebih teoritis, bangsa Indonesia dari segi kultural maupun struktural memantulkan tingkat keragaman yang tinggi (Badan Litbang DEPAG RI, 2003 : 1).

Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa Indonesia juga tinggi. Potensi perpecahan dan kesalahpahaman juga tinggi. Baik konflik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Dalam skala kecil, konflik tercermin pada komunikasi yang tidak sambung atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan rasa tersinggung, marah, frustasi, kecewa, dongkol, bingung, bertanya-tanya, dll. Sementara itu, konflik dalam skala besar mewujud dalam, misalnya, kerusuhan sosial, kekacauan multibudaya, perseteruan antar ras, etnis dan agama, dll (Badan Litbang DEPAG RI, 2003 : 2).

Sebagai contoh, ada beberapa peristiwa terjadinya konflik sosial bernuansa agama di Indonesia, kasus kerusuhan sosial di Banjarmasin tahun 1997, konflik sosial bernuansa sara berbagai komunitas etnik di Kalimantan Barat, kasus kerusuhan di Mataram Januari 2000, konflik sosial bernuansa agama kasus tentang tragedi kerusuhan Poso, kerusuhan Kupang Nusa Tenggara Timur 30 Nopember 1998, kasus kerusuhan Lampung, kasus kerusuhan Ambon, kasus kerusuhan sara di Palangkaraya, tragedi berdarah di kota Waringin Timur yakni kasus Dayak dan Madura tahun 1999 (Badan Litbang DEPAG RI, 2003 : xiii-xix).

Terkait dengan berbagai peristiwa memilukan yang terjadi di Indonesia/Nusantara, maka segenap putra bangsa harus bersama-sama, bersatu padu buat mencari solusi yang tepat. Terdapat istilah yang sangat ideal yakni “act locally and think globally” (bertindak dan berbuatlah di lingkungan masyarakat sendiri menurut aturan-aturan dan norma-norma tradisi lokal serta berpikir, berhubungan dan berkomunikasilah dengan kelompok lain menurut cita rasa dan standar aturan etika global) (Riyanto, 2013 : vii) sudah mulai muncul ke permukaan sejak dekade delapan puluhan, namun hingga sekarang, seperempat abad kemudian,belum juga kunjung ketemu formula yang jitu tentang hal tersebut.

Pengalaman kemanusiaan merasakan hal-hal yang sebaliknya layaknya berbagai peristiwa sara yang menimpa bangsa, bukannya kedamaian, mutual trust, peaceful coexistence, at-ta’ayus as-silmi, tolerance, tasamuh antar sesama dan antar kelompok umat manusia, tetapi justru kekerasan, violence, prejudice (buruk sangka), su’u az-zan keagamaan, etnisitas, kelas, ras, kepentingan (seperti yang di sampaikan dalam Al-Qur’an Surat al-Hujurat [49] :12), baik di tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional (global). Seolah-olah semua ingin membalik adagium “act and think locally only”, tanpa harus di barengi “think globally” (Riyanto, 2013 : vii).

Di dalam bergaul, berhubungan dan berkomunikasi dengan kelompok lain tak merasa perlu mempertimbangkan dan mengindahkan tata aturan, hukum-hukum, kesepakatan-kesepakatan dan hubungan internasional. Masing-masing kelompok etnis, agama, kelas, kultur ingin mempertahankan, bahkan sekte, mazhab atau aliran pemikiran tertentu ingin mengokohkan dan mempertegas identitas lokal keagamaan, identitas kultural, identitas etnis, identitas politik karena merasa di bawah bayang-bayang ancaman dominasi dan hegemoni kultur, budaya atau peradaban asing tertentu, sedangkan sejak jaman dahulu, pada masa Hindu dan Budha di Jawa Tengah dan DIY sebagai contoh, terutama abad 7 sampai 14 M, leluhur Bangsa Indonesia telah memperlihatkan keragaman kultur, keragaman agama dan keragaman tradisi yang berbeda namun tetap bisa hidup harmonis, berdampingan, menjaga toleransi dengan baik, bahkan tercipta integrasi interkoneksi antar agama Hindu Syiwa dan Budha Mahayana “unity in diversity” yang nampak di beberapa candi dan relief candi, seperti di Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Boko.

 

  1. DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agama RI, Departemen (2003), Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Puslitbang Kehidupan Beragama, Bagian Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Seri II Konflik Sosial Bernuansa Agama di Indonesia, Jakarta.

Agama RI, Departemen (2003), Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Puslitbang Kehidupan Beragama, Bagian Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Seri II Riuh di Beranda Satu Peta Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Jakarta.

Kriyantono, Rachmad, Teknik Praktis Riset Komunikasi (2006), Jakarta : Kencana Prenada Media Gruoup.

Pawito, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (2007), Yogyakarta : Jala Sutra.

Riyanto, Waryani Fajar (2011) Naga-Ra Atlantis Purba (Replika Ibu Kota Atlantis dan Relief Para Nabi di Candi Borobudur, Relief Al-Qur’an, NKRI Naga-Ra Ke-Satu-An Ind-One-Sia, Menemukan Kembali Atlantis Purba O-ra Hana Jiwa Ka-Jawi Jiwi di Kebumian Indonesia, Yogyakarta : Atlantis Press.

Samovar, Larry A dkk (2010), Komunikasi Lintas Budaya Edisi 7, Jakarta : Salemba Humanika.


0 Responses to “KOMUNIKASI ANTAR AGAMA DALAM KEARIFAN LOKAL”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


sohibrama@gmail.com

Internet Sehat

Pengunjung

  • 410,362 hits

butuh buku ini email ajah:

kontak online

Hidup…Kawanku

Assalamu'alaikum Wr Wb, kawan, tidak selamanya kehidupan ini sulit bila kau ditemukan dalam susah hati itu hanyalah kebetulan saja apabila kita ditemukan dalam keadaan gembira itupun hanya kebetulan saja hidup ini adalah sesuatu yang sementara kita dapat menjadi senang dalam suatu waktu dan kita bisa sedih dalam suatu waktu Wassalamu'alaikum

Biennale Jogja XI

telpon kita :

Call kawanrama from your phone!

Categories

PageRank
March 2016
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Muka Pembaca

View My Profile community View My Profile View My Profile View My Profile

kunjungan

free counters

RSS Advertising Age

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia