14
Jan
15

My prosa

Waktu menunjukkan pukul 03.30, menanti subuh datang. Hmmm… menjelang subuh adalah waktu dimana sang Khalik menunggu kita didepan pintunya, karena subuh adalah waktu para ksatria bumi bergerak memegang janji untuk mengolah ciptaan Sang Khalik. Dalam renungan menjelang subuh sering kita terpuruk mengingat masa lalu ataupun membuat rencana menghadapi keesokan hari.Tetapi ketika subuh kita sering terlupakan atas pengingatan kita ketika menjelang subuh. Di rumahku ketika menjelang subuh, aku melihat banyak sepeda mulai beriringan menuju pasar, sepertinya mereka santai dalam berperilaku. Dua tiga empat sepeda beriringan dan mereka saling bercakap diatas sepeda membicarakan aktivitas yang nantinya akan mereka lakukan, mereka bercerita dari harga cabe yang melangit hingga Gayus yang super dupper kaya……dan tidak mungkin mereka mencapai seperti itu…

Ketika menjelang subuh aku sering merasakan terpuruk, ketika mengingat masa lalu…bagaimana kerasnya hidupku untuk mencapai semua cita-cita yang kubangun ketika aku masih sekolah dulu…dimana aku mempunyai dua bahu ketika bercerita betapa penatnya mengarungi dunia ini, bahu itu milik ayah dan ibuku. Ya…bahu cuman sebuah ruang yang aerodinamis yang diciptakan Sang  Khalik, tetapi menjadi sebuah ruang untuk kepalaku berisi otak jatuh dan terbangunkan, untuk selalu tegar dalam dunia ini.

Dengan bahu mereka itu, aku menjadi manusia seperti ini…Menjelang subuh, aku juga teringat bahwa ketika masih sekolah dulu, aku merancang cita-cita dengan sangat idealis bahwa apa saja rencana dan cita-citaku, cita-cita itu kubangun dengan segala daya upaya ku sendiri tanpa sadar bahwa ada dua bahu yang menopangku…aku merasa bahwa aku bisa membelah lautan layaknya Nabi Musa dengan tongkatnya…!

Tetapi di menjelang subuh ini aku tersadar bahwa kedua bahu itu tinggal satu, hanya milik ayah, sedangkan bahu yang satu sudah diminta Sang Khalik,dan bahu ayah sekarang sudah mulai rapuh, bila kuletakkan kepala dan otakku ini. Bahu itu sekarang selalu mengingatkanku, dengan kata-kata:”bahwa bahu mu sekarang mulai tegar nak…dan bahumu adalah tempat bersandar untuk kepala-kepala yang lain…tegarkan lah bahumu nak…bahu Ayah sudah akan dimiliki Sang Khalik…” ayahku mengingatkanku…dengan bahunya.

Menjelang subuh ini aku tersadar bahwa tempat kepalaku bersandar sekarang mulai rapuh, dan memberikan amanat kepadaku bahwa bahuku harus segera disiapkan untuk meletakkan kepala-kepala yang lain…betapa beratnya amanah ini…

Semoga aku selalu istiqomah yaa…Robb..untuk selalu menjaga bahuku selalu tegar….ya Robb…hingga bahuku rapuh nantinya….

Ayah…Ibu…bisikkan pada Robbi ku bahwa aku akan selalu menaati perintahMu…


1 Response to “My prosa”


  1. January 14, 2015 at 3:37 pm

    Reblogged this on Raulchest's Weblog and commented:
    🙂


Leave a comment


sohibrama@gmail.com

Internet Sehat

Pengunjung

  • 410,362 hits

butuh buku ini email ajah:

kontak online

Hidup…Kawanku

Assalamu'alaikum Wr Wb, kawan, tidak selamanya kehidupan ini sulit bila kau ditemukan dalam susah hati itu hanyalah kebetulan saja apabila kita ditemukan dalam keadaan gembira itupun hanya kebetulan saja hidup ini adalah sesuatu yang sementara kita dapat menjadi senang dalam suatu waktu dan kita bisa sedih dalam suatu waktu Wassalamu'alaikum

Biennale Jogja XI

telpon kita :

Call kawanrama from your phone!

Categories

PageRank
January 2015
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  

Muka Pembaca

View My Profile community View My Profile View My Profile View My Profile

kunjungan

free counters

RSS Advertising Age

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia